MAKALAH
PENGANTAR LINGKUNGAN
Oleh:
M. MUAZ AFRA YUNARDI
2IB01
16414288
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………..................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..
.....................................1
1.2 Maksud dan
Tujuan……………………………………………….....................................1
1.3 Ruang Lingkup
Masalah…………………………………..............................………........2
BAB II Pembahasan
2.1 Landasan
Perkembangan Penduduk
Indonesia.................................................................3
2.2 Pertambahan
Penduduk dan Lingkungan
Permukiman.....................................................4
2.3 Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat
Pendidikan..............................................................8
2.4 Pertumbuhan
Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup.........10
2.5 Pertumbuhan
Penduduk dan
Kelaparan............................................................................11
2.6 Kemiskinan dan
Kelatarbelakangan..................................................................................13
BAB III Penutup
3.1
Kesimpulan.....................……………………………………............................................15
3.2
Saran...................................................................................................................................15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar
Belakang
Laju pertumbuhan penduduk merupakan
permasalahan krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia,
khususnya negara-negara berpenduduk besar dan padat sperti Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang diperoleh mengenai jumlah
kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya yang berkesinambungan untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia sebagai suatu negara yang
sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia, juga
menghadapi persoalan yang serupa.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari hasil sensus penduduk
2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia
tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen
pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk yang tinggi
ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN, 2010).
Definisi dari laju pertumbuhan penduduk itu
sendiri adalah Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun
dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari
penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga
metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering
digunakan di BPS adalah metode geometrik.
2) Maksud
dan Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar
kita dapat memahami bagaimana perkembangan pertumbuhan penduduk di Indonesia
saat ini serta dampak dari pertumbuhan penduduk itu terhadap berbagai bidang.
3) Ruang
Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan dibahas
pada makalah kali ini sebagai berikut:
a. Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia
b. Pertambahan Penduduk
dan Lingkungan Pemukiman
c. Pertumbuhan Penduduk
dan Tingkat Pendidikan
d. Petumbuhan Penduduk dan
Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
e. Pertumbuhan Penduduk
dan Kelaparan
f. Kemiskinan dan
Keterbelakangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi
sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam
sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran.
Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada perubahan penduduk
dunia.
Maka yang melandasi perkembangan penduduk di
Indonesia adalah banyaknya kelahiran di bandingkan dengan kematian dan
banyaknya imigran dari desa ke kota yang menumpuknya manusia di kota dan
sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya imigran dari desa ke kota
dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan di kota-kota
yang membuat orang desa mencari makan di kota dan menyebabkan banyaknya atau
menumpuknya orang di kota.
Perkembangan penduduk di Indonesia dikarenakan
banyaknya atau meningkatnya data kelahiran per hari di bandingkan data kematian
per hari yang mengakibatnya banyaknya kehidupan tidak sebanding banyaknya
kematian yang mengakibatkan penumpukan atau pertambahan penduduk di Indonesia
semakin tahun semakin bertambah
Hasil sensus penduduk 2010 tercatat 237,6 juta
jiwa sebagai bukti pertumbuhan penduduk Indonesia 5 tahun lebih cepat dari
proyeksi BPS. Karena proyeksi semula, tahun 2010 baru berjumlah 234,2 juta dan
tahun 2015 berkisar 237,8 juta jiwa. Kenyataannya, tahun 2010 penduduk
Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa.
Demikian diungkapkan direktur Jaminan dan
Pelayanan KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam acara peringatan Hari Kontrasepsi
Sedunia di Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id, Sabtu (25/9/2010). Ia
mengingatkan, jika program KB diabaikan maka pertumbuhan penduduk Indonesia tak
terkendali.
"Pengnedalian penduduk harus menjadi
prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga tanpa
pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk. Jumlah penduduk 237,6 juta
mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015 yakni 237,8 juta jiwa.
Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan melencengnya proyeksi itu, jumlah
penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015," ujar dia.
Pemerintah mempunyai target baru. Pada 2014
ditargetkan angka fertilitas total (angka kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna
kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan pengguna kontrasepsi 61,4 persen.
Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan 'unmeet need' 5 persen dan usia
kawin pertama 21 tahun.
Kendala program KB adalah otonomi daerah yang
mengakibatkan keterputusan koordinasi dan implementasi program secara luas.
Tidak semua daerah mempunyai struktur yang khusus mengurusi KB. Di tengah
perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan KB (PLKB) juga tergerus karena
kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan
konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik dan
rasional.
2.2 Pertambahan
Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Pertambahan penduduk dari tahun ke tahun
sangat bertambah pesat di karenakan oleh berbagai faktor. Karena bertambah
pesatnya penduduk terjadi kesenjangan sosial, salah satunya rusaknya lingkungan
pemukiman. Yang selayaknya pemukiman itu tertata bersih, nyaman, dan indah
terawat , tetapi berubah terbalik menjadi kotor dan berantakan.
Bertambahnya penduduk jelas akan bertambah
pula kepadatan pemukiman. Hal ini diakibatkan bertambahnya populasi manusia
yang semakin banyak. Ini jelas akan terjadi kejenuhan yang ada di kota-kota
besar seperti Jakarta . Bertambahnya penduduk jelas mempengaruhi lingkungan seperti
banyaknya sampah dan tata ruang atau kota yang sangat buruk dan menghilangkan
keindahan kota.
Berkembangnya pertambahan penduduk harus juga
diikuti oleh banyaknya lowongan kerja karena jika tidak adanya lowongan kerja
akan terjadi suatu tingkat pengangguran yang tidak sedikit. Jika hal ini tidak
diperhatikan maka akan banyak tingkat kriminal. Lingkungan yang banyak
penduduknya biasanya dapat mengurangi keindahan tempat pemukiman tersebut
seperti banyaknya sampah karena banyaknya penduduk yang membuang sampah
sembarangan.
Dilihat dari perspektif ekologis bahwa
pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya kepadatan
penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara
menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak
kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap
kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
(1) Meningkatnya limbah rumah
tangga sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk
berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi
limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
(2)
Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan
teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan
transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport. Di
daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang
ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri dan
limbah transport.
(3) Akibat
pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan
kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara
lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene merupakan sumber
pencemaran. Untuk masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada lahan
pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan
pertanian juga akan meningkat. Sehingga ekploitasi hutan untuk membuka lahan
pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi
menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap
lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan lahan mengalami percepatan.
Yang tadinya memakan waktu 25 tahun, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan
penduduk terhadap lahan maka bisa berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan
yang baru ditinggalkan belum pulih kesuburannya.
(4) Makin
besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan
sumber daya ini terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan
ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan
bahan mentah untuk industri. Dengan makin meningkatnya kebutuhan sumber daya
itu, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat
dengan pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar
dan pada umumnya makin besar pula pencemaran.
Tingkat laju pertumbuhan Indonesia dalam
beberapa tahun ke depan bukan mustahil akan menyalip Amerika Serikat. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini mencapai 227 juta jiwa, sedangkan penduduk AS
berjumlah 315 juta jiwa. Dari hasil survei, pertumbuhan penduduk Indonesia per
tahun bertambah 3,2 juta jiwa.
Secara kuantitas jumlah ini sama dengan jumlah
seluruh penduduk Singapura. Kepala BKKBN Sugiri Syarief menunjukkan bahwa
program KB ternyata mengalami stagnasi dengan angka rata-rata seorang wanita
mempunyai anak selama masa subur secara nasional pada 2007 tetap berada di
angka 2,6 dibanding 2003. Jumlah penduduk Indonesia saat ini menduduki nomor
empat terbanyak di dunia setelah China dengan 1,3 miliar jiwa, India dengan 1,2
miliar, dan AS nomor ketiga dengan 315 juta. (Republika, 2 Juni 2009).
Bergesernya pola hidup masyarakat dan
tingginya tuntutan hidup modern yang makin sulit dikejar menyebabkan terjadinya
banyak stressor atau penyebab stress yang menyerang masyarakat metropolis.
Tidak mengherankan bila gangguan kejiwaan pun menjadi salahsatu penyakit tren
masyarakat kota dewasa ini. Indikatornya, jelas terlihat dari banyaknya pasien
non psikosa (bukan kejiwaan) yang dirawat instalasi Ilmu Kedokteran Jiwa berbagai
RSU.
Sebelum berakibat lebih parah, selayaknya kita
bercermin pada berbagai kejadian khusus yang cenderung muncul di perkotaan.
Jakarta, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya tidak hanya tampak indah dengan
gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur modern dan deretan mobil mewah
yang berseliweran. Kota-kota ini tidak hanya gagah karena gemerlapnya
lampu-lampu kota yang menghidupkan suasana malam. Namun, di balik gemerlap
semua itu, kota ini juga mempunyai berbagai masalah pelik sebagai kota besar
yang notabene menjadi sasaran kaum urban sebagaimana dialami kota-kota besar
lain di berbagai belahan dunia.
Akumulasi berbagai masalah klasik akibat
peningkatan jumlah penduduk kota yang cepat makin dirasakan dampaknya, mulai
dari kemiskinan, pencemaran, pengangguran, hingga kriminalitas dan sebagainya.
Diperburuk lagi, kini banyak problema lingkungan hidup kota sehingga
pelestarian lingkungan makin berkurang dan perencanaan kota jadi tidak sesuai
dengan kenyataan akibat pengaturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) baik
kota maupun propinsi yang sering tidak sinkron. Buntut dari rangkaian masalah
itu tidak lain adalah tingkat daya dukung kota terhadap kehidupan warga yang
makin rendah.
Secara umum, pertumbuhan penduduk kota-kota di
dunia cenderung mengalami lonjakan yang sangat fenomenal, sementara pada saat
yang sama, kualitas lingkungan cenderung menurun. Lebih dari setengah
jumlah penduduk di dunia sekarang ini tinggal di perkotaan. Masalah-masalah
perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan
pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan
obat-obat terlarang menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat perkotaan.
Sangat wajar, apabila kecenderungan tersebut terus-menerus tidak ditangani maksimal,
ibarat bola salju yang makin lama makin membesar, dan akhirnya memicu runtuhnya
kekuatan psikologis masyarakat.
Jika penduduk Surabaya
tahun 2010 diasumsikan berjumlah 5 juta jiwa, berarti setiap jiwa hanya
disuplai oleh lingkungan alam lebih kurang seluas 650 meter persegi, padahal
dalam suplai udara bersih, tidak ada ruang lagi untuk mendapatkannya.
Penyebabnya adalah jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang makin meningkat
sehingga akan menghasilkan gas polutan bahan-bahan insektisida. Masalah polusi
udara di dalam ruangan adalah yang paling kerap kita hadapi sehari-hari.
Menurut laporan EPA (Environmental Protection Agency) 26.000 jiwa meninggal
dalam setiap tahunnya yang diakibatkan dari polusi udara dalam ruangan. Sementara menurut laporan WHO sebanyak 12,5
juta jiwa mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara tersebut.
2.3 Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang
pesat dapat menyebabkan masalah- masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan
sosial dan masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka
fasilitas-fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika
penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka
akan menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat
pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada
tingkat perekonomian juga memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara
tidak dapat dihindari. Tingkat
pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini
memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak
di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat
tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Pertumbuhan penduduk yang relatif (masih)
tinggi ini merupakan suatu masalah yang terus diupayakan pengendalian
pertumbuhannya. Hal ini, jika tidak dilakukan sedini mungkin, akan berpengaruh
terhadap mutu kehidupan yang kian hari makin merosot. Salah satu hal yang
dilakukan yaitu melalui program Keluarga Berencana dengan berbagai caranya
yaitu penggunaan alat-alat kontrasepsi. Namun berbagai hambatan baik berupa
agama, adat dan alasan ekonomi turut berperan; walaupun tujuan program ini
sangat penting dalam menunjang meningkatnya taraf hidup keluarga.
Salah satu langkah yang penting guna menunjang
dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program keluarga berencana, yaitu
melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa
penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan,
yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan
nasional.
Pendidikan sangat penting
karena untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan adanya pertumbuhan dan
tingkat pendidikan kita bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemikiran kita
tentang pendidikan. Dengan demikian, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat (derajad) antara tingkat pendidikan penduduk dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi. Oleh karena itu, masyarakat dalam
mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena
:
a.
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
b.
Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana
pendidikan.
c.
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat memenuhi
Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak yang ditimbulkan
dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
1.
Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli
dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2.
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal
yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini
apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan
dan perkembangan fisiknya. Kesulitan
orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Helen Callaway, seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari masyarakat
buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan pendidikan
dasar telah memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir di mana –
mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan – latihan
teknis. Mereka adalah orang – orang yang mampu menghadapi tantangan – tantangan
dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia di tekan secara tajam pada tingkat
yang terbawah.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak – anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan
dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak – anak yang
banyak, lebih mempersulit masalah ini padahal tingkat pendidikan sangat
siperlukan sebagai alat menyampaikan informasi kepada manusia tentang perlunya
perubahan dan untuk merangsang penerimaan gagasan – gagasan baru.
Pertambahan penduduk dari
tahun ke tahun sangat bertambah pesat di karenakan oleh berbagai faktor. Karena
bertambah pesatnya penduduk terjadi kesenjangan sosial, salah satunya rusaknya
lingkungan pemukiman. Yang selayaknya pemukiman itu tertata bersih, nyaman, dan
indah terawat , tetapi berubah terbalik menjadi kotor dan berantakan.
Bertambahnya penduduk jelas akan bertambah
pula kepadatan pemukiman. Hal ini diakibatkan bertambahnya populasi manusia
yang semakin banyak. Ini jelas akan terjadi kejenuhan yang ada di kota-kota
besar seperti Jakarta . Bertambahnya penduduk jelas mempengaruhi lingkungan
seperti banyaknya sampah dan tata ruang atau kota yang sangat buruk dan
menghilangkan keindahan kota.
Berkembangnya pertambahan penduduk harus juga
diikuti oleh banyaknya lowongan kerja karena jika tidak adanya lowongan kerja
akan terjadi suatu tingkat pengangguran yang tidak sedikit. Jika hal ini tidak
diperhatikan maka akan banyak tingkat kriminal. Lingkungan yang banyak
penduduknya biasanya dapat mengurangi keindahan tempat pemukiman tersebut
seperti banyaknya sampah karena banyaknya penduduk yang membuang sampah
sembarangan.
2.4 Pertumbuhan
Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Kemampuan manusia untuk
mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada
taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka
hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya,
masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup
sampai taraf yang irreversible. Perilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup
tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang
diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya
tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya
social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh
secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari
penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan.
Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan
(somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada
kata kesehatan.
Keadaan kesehatan
lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian,
karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan
penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air limbah
penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan,
ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak
lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit. Jumlah penduduk
yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman
sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan
sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga
harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan,
drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat
menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Kesehatan manusia adalah
keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak
dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan
lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal
pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan
masyarakat yang tidak sehat pula.
Indonesia saat ini
mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju
ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan
jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka
kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi.
Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi
dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Pertumbuhan Penduduk yang tidak
merata tersebut sangat berpengaruh dengan lingkungan, penduduk yang tinggal
dipemukiman yang sembarangan akan mengakibatkan lingkungan yang tidak bersih.
Lingkungan yang tidak dijaga akan mengakibatkan penyakit yang dapat mengacam
kesehatan manusia, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan adalah
Malaria, Muntaber, Penyakit Kulit, Tifus, dll. Seperti banjir, polusi air, dan
polusi udara adalah faktor yang mengakibatkan terjadinya penyakit, jika lama
kelamaan manusia tidak memperhatikan lingkunganya maka sangat besar peluang
penyakit menyebar, dalam hal ini kesadaran manusia sangat dibutuhkan, kita
diharapkan perlu adanya sosialisasi kepada penduduk tentang pemukiman yang
sehat dan adanya jaminan kesehatan bagi masyarakat luas dari pemerintah dan
pemerintah haruslah meningkatkan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dan yang
paling penting diperhatikan pemeintah adalah pelayanan kesehatan masyarakat
yaitu dengan menciptakan klinik disetiap pemukiman penduduk.
2.5 Pertumbuhan
Penduduk dan Kelaparan
Kekurangan gizi dan angka
kematian anak meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan
Pasifik kendati ada usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata
sebuah laporan badan kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menegaskan bahwa sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan
Pembangunan Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015
berdasarkan kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati
ada beberapa kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap
ketinggalan dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu.
Kendati tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk
sementara negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang
kronis, kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan
2002– data yang paling akhir– jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34
juta di indonesia dan 15 juta di Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata
laporan tersebut. Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya
terlalu ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai sembilan
persen antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen).
Lebih dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara
rata-rata di negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiga. “Meningkatnya
pertambahan penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan
utama kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu. Kelaparan
cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak
memilki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk
memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah dia.
Tidak ada satupun negara-negara miskin
dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak. Kematian bayi
meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data
terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup.
Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
“Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan
berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi
diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria
tidak memadai,” kata laporan itu. Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO
memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah
lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi sekitar seperempat, kurang
dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan menurun
hanya di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling rendah
sementara sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan sebaliknya.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di Indonesia,
diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. “Jika semua itu,
tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita semua. Karena
itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB. Untuk mengurangi
jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan peningkatan
produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan produksi ini
khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat mayoritas
penduduk miskin dan lapar. Jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan
meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan harga
pangan dan krisis energi.
Dari masalah tersebut maka angka kematian pun
semakin bertambah,dan bisa merepotkan para pemerintah untuk menyensus penduduk
yang bertempat tinggal,walaupun pemerintah sudah mencanangkan program untuk
keluarga yang berencana tetapi sulit untuk bagi kita menjalankan perintah
tersebut dikarenakan masalah ekonomi dan kebutuhan yang mendesak.
Maka dari itu semoga pemerintah bisa lebih
tegas lagi untuk menjalankan program tersebut di antaranya mencegah orang untuk
bermigrasi,karena dengan migrasi banyak orang yang menganggur dan menyusahkan
pemerintah untuk menyensus selain itu para migrasi yang tidak bekerja hanya
menjadi pengemis jalanan yang menyebabkan kepadatan penduduk yang sia – sia dan
menyebabkan banyak orang yang kelaparan yang bisa mengakibatkan kematian.
2.6 Kemiskinan
dan Keterbelakangan
Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan
kenaikan ataupun penurunan angka kematian dan kelahiran selain itu juga sangat
berpengaruh dengan angka kemiskinan dan keterbelakangan yang mengakibatkan
semakin menurunnya otonomi daerah tersebut.Hal itu terjadi dikarenakan beberapa
hal seperti keadaan ekonomi yang mengakibatkan tidak bisa mencukupi kebutuhan
hidup sehingga banyak orang yang mengalami kemiskinan dan keterbelakangan
karena dalam kebutuhan pokok yang mereka makan bisa jadi tidak bergizi dan
tidak mengandung protein yang menunjang sehingga menyebabkan keterbelakngan
mental, fisik, maupun sosial.
Kemiskinan dan keterbelakangan begitu erat
kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap sebagai satu pengertian, maka
digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di mana sudah terkait pengertian
keterbelakangan.
Dampak kemiskinan terhadap orang-orang miskin
sendiri dan terhadap lingkungannya, baik lingkungan social maupun lingkungan
alam, dengan sendirinya sudah jelas negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi
kebutuhan gizi minimal bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak
kemiskinan terhadap lingkungan social tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota
tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal materi. Akibatnya antara lain ialah
banyaknya tukang becak, pemungut punting, gelandangan, pengemis, dan
sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan jorok di gubuk-gubuk reot
yang tidak pantas didiami manusia.
Kemiskinan adalah kurangnya kebutuhan atau
ketidakmampuan dasar manusia seperti air bersih , gizi , perawatan kesehatan ,
pendidikan , pakaian dan tempat tinggal. Kemiskinan relatif adalah kondisi
memiliki sumber daya yang lebih sedikit atau penghasilan kurang daripada yang
lain dalam masyarakat atau negara, atau dibandingkan dengan rata-rata di
seluruh dunia.
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll. Kemiskinan dipahami dalam
berbagai cara.
Pemahaman utamanya
mencakup:
a. Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan
sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang
kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di
sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh
dunia.
Kartasasmita mengatakan bahwa kemiskinan
merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin
pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan
ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi
lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan Friedmann yang
mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-samaan kesempatan untuk
mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun menurut Brendley, kemiskinan adalah
ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Hal ini diperkuat oleh
Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang pokok. Sedangkan Lavitan
mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Indonesia merupakan negara yang besar
dan beraneka ragam etnis serta budaya.Kemajuan negara sesungguhnya tergantung
kepada tingkat pendidikan di Negara tersebut, kualitas serta mutu pendidikan
yang tingi dapat menjadi jaminan untuk kemajuan dan kesejahteraan negara. Di
tengah pertambahan jumlah penduduk yang semakin tidak terkontrol membuat
peningkatan kualitas di dunia pendidikan merupakan pilihan yang harus
dikedepankan. Perombakan sistem ketransmigrasian juga akan mendukung pemerataan
penduduk. Jadi, peningkatan kualitas Pendidikan dan keefektifan pola
transmigrasi dapat memperbaiki kuterpurukan dalam mengurus kepadatan penduduk
yang semakin hari kian membludak.Oleh karena pertumbuhan penduduk
dipengaruhi Tingkat pendidikan, Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan
Hidup, Kelaparan, Kemiskinan dan Keterbelakangan. Maka kita harus bisa
memperbaiki semua masalah itu,dan mulai mencari jalan keluar yang terbaik agar
semua permasalahan dinegara kita bia terselesaikan.Dan masyarakatnya pun bisa
hidup dengan sejahtera, karena tidak dipungkiri bahwa Indonesia merupakan
Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Jadi tidak masuk akal kalau
masyarakatnya kebanyakan hidup dibawah garis kemiskinan.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan khususnya
kepada pemerintah Indonesia sebagai para penentu kebijakan ialah agar dengan
serius melihat perkembangan penduduk di Indonesia yang tergolong besar sebagai
salah satu masalah penting yang sangat mempengaruhi stabilitas negara, contohnya
pada ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan yang cukup tentu akan membantu
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar